Tuesday, November 02, 2021

Halo teman

Hei, halo teman yang menemaniku di hadapan dalam malam-malam panjang melawan rasa kantuk. Terlalu panjang pelarian diriku, dan lihat, ku lari lagi! Tapi tenang saja teman, tidak jauh, tidak.


Dalam cerita yang panjang ku tulis banyak kata, banyak pikir, namun ku ingin menyapamu, hei teman! Kopi ku terlalu manis dan encer, kantukku tak terkalahkan olehnya tapi ceritaku belum selesai.


Temani aku lagi dalam malam panjang di ujung tahun ini. Mungkin masih ada cerita lagi hingga awal tahun depan. Tapi hei teman, ingatkan aku untuk tidak berlari lagi. Ingatkan aku.


Karena aku lelah dengan degupan yang tak terbendung setiap kali kuingat cerita panjang yang harus kurampungkan. Ingatkan aku teman. Buatkan aku kopi yang kental.


Kuingin melangkah teman, tapi ceritaku belum selesai. Malam ini harus aku sudahi satu. Supaya aku bisa tidur, oh tak tertahankan. Besok malam, bangunkanlah aku lagi teman.

Wednesday, June 10, 2020

Detik yang Hilang

Hey
Begitu panjang jeratan kisah yang mengalir
Dan mencengkeram hari namun
Satu waktu, terkadang musim semi menyapa, dan ah
Aku tak terbiasa

Kubiarkan musim semi berlalu
Karena mungkin hanya semu

Dentang piano, mengalun, tapi bukan aku
Aku hanya berdansa dalam hati
Bahkan tak ada langkah yang bisa ku ambil
Dan detik pun berlalu
Entah sampai musim apa lagi
Tahun mana lagi
Mungkin kereta api telah membawanya pergi dengan kepulan asap yang meninggalkan bau yang menyesakkan. Tapi bukan asap, bukan.

Entah apa
Entah apa yang menyesakkan

Hahaha hanya berpura-pura berkelit dalam balutan etika dan amarah
Sebetulnya
Itu hanya mimpi

Thursday, September 21, 2017

Sebilah pedang

Pernahkah terpikir bahwa sesuatu yang terjadi berulang kali adalah sesuatu yang disengaja?
Ketika sudah diusahakan, diperbarukan untuk mencegahnya terjadi kembali, dan lantas terulang, apakah itu sudah direncanakan?

Apakah tipuan sudah menjadi sangat natural sehingga disampaikan tanpa ditanya, dijelaskan dengan alasan yang berkepanjangan?
Apakah semua kepalsuan itu sudah menutupi hati? Apakah aku yang buta ataukah cinta yang teronggok lemah?

Saat kepercayaan begitu mahalnya apakah harus kita mendaur ulangnya kembali?
Jika semua hanya sebuah dusta besar, apakah harus kembali lagi?

Ketika hati bertanya dan rasa menjawabnya, manakah yang harus didengarkan?
Sungguhkah semua kata tidak bisa itu nyata adanya?

Ataukah hanya ketakutan?
Ataukah hanya kerinduan?

Maka batin manakah yang tersakiti atas semua tanya yang berubah menjadi pedang?
Menusuk bilik demi bilik yang dibangun, mengoyak pintu kayu dan atap jerami yang telah disusun?

Apakah pantas atau sebuah kelancangan?
Ataukah hanya sepi?

Friday, November 18, 2016

Same Old Song

Everyday in these years are beautiful yet confusing.
In one side of my life I feel fulfilled, but in the other hand I feel empty.
I'm lost.

I keep on blaming people on my head.
I don't know what I want in my life, and what I want to plan for years to come.
I'm too scared. I even too scared to want something for my life.

I'm part of a big thing.
I have to realize it, I have to like it, I have to behave like it.
But I don't know how.

I have things to complete my needs and my appetite.
I have people to help me, I have time to achieve something. But I'm worrying everything.
Therefor I'm part of people's disappointment.

I want to think small and simple. I want to say "whatever!" and leave everything behind.
Bringing my beloved darlings to keep close with me. And live a simply beautiful life.
But universe says it's not a right choice.

I keep on waiting for the good days to come. Real good ones.

Monday, July 25, 2016

Actualization

Menaiki anak tangga kehidupan (tsah) ke level yang semakin menanjak, menjadikan kita pribadi yang berubah. Apa yang membuat pribadi kita berubah? Kebutuhan.
Dilihat dari teori kebutuhan di atas, menurut saya, ini akan terjadi repetisi. Ketika kita sudah mencapai puncak pada suatu waktu dan suatu moment, kita akan kembali lagi ke bawah, di level yang manapun, pokoknya kita akan turun lagi. Entah kita sudah sampai puncak atau belum. Dan ketika kita dlam kondisi turun kembali, itu tandanya "level kehidupan" kita lah yang menanjak naik. Mengapa? Well, ini teori saya, pendapat saya. Disini pun belum tercantum kebutuhan rohani seperti beribadah. Daaan saya bukan orang psikologi, hanya sedikit curcol yang berbelit-belit dalam bentuk artikel (?).

Sadar atau tidak, kita sudah melewati beberapa kali repetisi diagram ini, dan saya yakin, jika Anda hidup normal, tumbuh di keluarga yang cukup (tak perlu serba berlebih), Anda mungkin sudah mencapai ke puncak ketika masih kecil. Ketika kita masih kecil, apa sih yang kita pikirkan? Kita menjalani hari-hari dengan diri yang penuh aktualisasi. Bagaimana tidak, kelima kebutuhan di atas terpenuhi dengan sendirinya, dengan effort yang sedikit saja. Ya, kita sudah berhasil mencapai ke puncak di level anak-anak . Lalu beranjak remaja, dewasa, lalu tua. Kebutuhan berubah, tepatnya STANDAR atas kebutuhan menjadi berubah. Dan kita pun menjadi manusia yang mencari. Mencari pemenuhan kebutuhan yang standarnya kita sendiri yang tentukan. Nah, iya kalau kita sendiri yang tentukan? Kalau kita tak bisa tentukan sendiri?

Kompleksitas menjadi seorang yang dewasa di masa produktif mengalami peningkatan yang curam dari masa sebelumnya. Inner circle, outer circle, bahkan dunia ini ikut serta memutuskan tingkat kebutuhan dan standar mana yang kita anut. Disinilah muncul judgement, baik dari dalam diri sendiri, maupun inner circle, outer circle dan dunia. Dan menjadi diri sendiri untuk memutuskan tingkat kebutuhan kita dengan tutup mata, menjadi sesuatu yang mendekati mustahil.

Buah dari sebuah keputusan adalah menjalani keputusan. Dan menjalani keputusan adalah inti dari semua keputusan yang diambil (pusing kan?). Setiap keputusan yang kita ambil juga berpengaruh, paling besar pada inner circle kita. Umumnya, orang menganggap inner circle nya adalah keluarga kecil. Self Actualization pun menjadi Family Actualization. Dan ya, keluarga kecil lah yang mendapat impact dari setiap keputusan yang kita ambil.

Maka, be wise. Mengejar actualization itu butuh keberanian. Bisa saja kita mengejar langsung ke bagian piramida terkecil, tapi jalannya akan terjal dan curam. Atau memenuhi kebutuhan dari yang paling mendasar sebelum mencoba meraih yang lebih tinggi? Menjalani step by step dari bawah, tapi mungkin dapat memakan waktu dan kesabaran

Tetapi tanpa mengejar aktualisasi, kita mungkin tidak merasa lengkap. Penuh keraguan, insecurities.
Ya. Semoga kita semua diberikan-Nya kemampuan untuk menjadi pribadi yang lebih lengkap lagi, lebih baik lagi. Karena memiliki segalanya tanpa aspek-aspek yang tercantum di definisi "Self Actualization" di atas, menjadikan piramida hidup kita tidak utuh.

Wednesday, February 24, 2016

Puppet Show

The more I'm here, the more I don't want to be here Everyone may think I'm stupid. Yes I am. But Swan understands very well that this is something that I deserve to dislike. Imagine that you're in a puppet show. You're the puppet but you have to act like you're the storyteller, the scriptwriter, and also the show director. How could that even possible? I want to finish all I have to cope with, and then go with the Swans.

Wednesday, April 16, 2014

...

Saya ngga paham. Saya bingung lah, cape.