Menaiki anak tangga kehidupan (tsah) ke level yang semakin menanjak, menjadikan kita pribadi yang berubah.
Apa yang membuat pribadi kita berubah? Kebutuhan.
Dilihat dari teori kebutuhan di atas, menurut saya, ini akan terjadi repetisi. Ketika kita sudah mencapai puncak pada suatu waktu dan suatu moment, kita akan kembali lagi ke bawah, di level yang manapun, pokoknya kita akan turun lagi. Entah kita sudah sampai puncak atau belum. Dan ketika kita dlam kondisi turun kembali, itu tandanya "level kehidupan" kita lah yang menanjak naik.
Mengapa? Well, ini teori saya, pendapat saya. Disini pun belum tercantum kebutuhan rohani seperti beribadah. Daaan saya bukan orang psikologi, hanya sedikit curcol yang berbelit-belit dalam bentuk artikel (?).
Sadar atau tidak, kita sudah melewati beberapa kali repetisi diagram ini, dan saya yakin, jika Anda hidup normal, tumbuh di keluarga yang cukup (tak perlu serba berlebih), Anda mungkin sudah mencapai ke puncak ketika masih kecil.
Ketika kita masih kecil, apa sih yang kita pikirkan? Kita menjalani hari-hari dengan diri yang penuh aktualisasi. Bagaimana tidak, kelima kebutuhan di atas terpenuhi dengan sendirinya, dengan effort yang sedikit saja. Ya, kita sudah berhasil mencapai ke puncak
di level anak-anak .
Lalu beranjak remaja, dewasa, lalu tua. Kebutuhan berubah, tepatnya STANDAR atas kebutuhan menjadi berubah. Dan kita pun menjadi manusia yang mencari. Mencari pemenuhan kebutuhan yang standarnya kita sendiri yang tentukan. Nah, iya kalau kita sendiri yang tentukan? Kalau kita tak bisa tentukan sendiri?
Kompleksitas menjadi seorang yang dewasa di masa produktif mengalami peningkatan yang curam dari masa sebelumnya. Inner circle, outer circle, bahkan dunia ini ikut serta memutuskan tingkat kebutuhan dan standar mana yang kita anut. Disinilah muncul judgement, baik dari dalam diri sendiri, maupun inner circle, outer circle dan dunia. Dan menjadi diri sendiri untuk memutuskan tingkat kebutuhan kita dengan tutup mata, menjadi sesuatu yang mendekati mustahil.
Buah dari sebuah keputusan adalah menjalani keputusan. Dan menjalani keputusan adalah inti dari semua keputusan yang diambil (pusing kan?).
Setiap keputusan yang kita ambil juga berpengaruh, paling besar pada inner circle kita. Umumnya, orang menganggap inner circle nya adalah keluarga kecil. Self Actualization pun menjadi Family Actualization. Dan ya, keluarga kecil lah yang mendapat impact dari setiap keputusan yang kita ambil.
Maka, be wise. Mengejar actualization itu butuh keberanian. Bisa saja kita mengejar langsung ke bagian piramida terkecil, tapi jalannya akan terjal dan curam. Atau memenuhi kebutuhan dari yang paling mendasar sebelum mencoba meraih yang lebih tinggi? Menjalani step by step dari bawah, tapi mungkin dapat memakan waktu dan kesabaran
Tetapi tanpa mengejar aktualisasi, kita mungkin tidak merasa lengkap. Penuh keraguan, insecurities.
Ya. Semoga kita semua diberikan-Nya kemampuan untuk menjadi pribadi yang lebih lengkap lagi, lebih baik lagi. Karena memiliki segalanya tanpa aspek-aspek yang tercantum di definisi "Self Actualization" di atas, menjadikan piramida hidup kita tidak utuh.